Karya: TIM A-KIR SMPN 1 KAUMAN
(Sholehah Reffa Marsuci, Trimita Ari Pratiwi, Berliana Dhanieta Tirta Kentjana dan Marcella Paramitha Susilo Dewi)
SMPN 1 KAUMAN PONOROGO
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi. Masyarakat Indonesia masih bergantung pada plastik yang notabene merupakan bahan yang kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik yang baik. Di balik keunggulan itu, plastik yang telah menjadi sampah dapat mencemari lingkungan, karena plastik sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah semakin meresahkan (CNN Indonesia). KLHK juga berasumsi bahwa setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kilogram sampah per orang atau secara total sebanyak 189.000 ton sampah per hari. Dari jumlah tersebut 15 % berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik per hari (Pahlevi, 2012).
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengolahan sampah plastik menjadi penyebab meningkatnya timbunan sampah plastik di lingkungan sekitar terutama di daerah tempat pembuangan akhir. Tidak jarang juga masyarakat membuang sampah di sungai, sehingga dapat menyebabkan banjir. Sedangkan sampah plastik yang berada di dalam tanah dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi sampah plastik. Namun pada kenyataannya, banyak masyarakat yang menggunakan cara yang kurang tepat yaitu dengan membakar sampah plastik. Padahal cara itu dapat menghasilkan zat-zat berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu, upaya dalam penanganan sampah plastik sebenarnya juga telah dilakukan pemerintah dan masyarakat yaitu dengan mendaur ulang sampah plastik tersebut menjadi barang dengan daya jual cukup tinggi. Pemanfaatan plastik salah satunya digunakan sebagai bahan baku pembuatan botol atau gelas air mineral.
Padahal jika ditelaah lebih lanjut, pada saat menyimpan air dalam botol atau gelas plastik maka terdapat bahan kimia seperti BPA yang bisa membahayakan
kesehatan Beberapa penelitian mengatakan bahwa air yang disimpan dalam wadah plastik bisa mengurangi kadar testosteron dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan bahan baku pengganti plastik yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.
Dari masalah di atas banyak ilmuwan yang mencari bahan alternatif pengganti plastik. Seperti yang dilakukan oleh Pierre Paslier dan Rodrigo Garcia Gonzales yang berhasil menemukan kapsul yang mirip dengan bentuk balon air yang menjadi tempat air pengganti botol plastik yang berbahan baku rumput laut. Akan tetapi penemuan tersebut masih belum dikembangkan di Indonesia. Padahal potensi rumput laut di Indonesia cukup besar. Namun di daerah Ponorogo, rumput laut belum dibudidayakan secara maksimal, sehingga jumlahnya masih sangat terbatas.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis sebagai generasi muda turut berpartisipasi dalam memberi inovasi berupa gagasan yang berjudul “Kemasan Air Mineral SI-ARA (Inovasi Dari Aloe Vera) Sebagai Media Kemasan Inovatif Ramah Lingkungan”. Kemasan Air Mineral SI-ARA merupakan produk ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan yang berbahan baku dari lidah buaya (Aloe Vera).
Lidah buaya (Aloe Vera) merupakan tanaman yang banyak tumbuh pada iklim tropis maupun subtropis dan sudah digunakan sejak berabad-abad lalu. Lidah buaya memiliki ciri-ciri morfologi pelepah daun yang runcing dan permukaan yang lebar, berdaging tebal, tidak bertulang, mengandung getah, permukaan pelepah daun dilapisi lilin, bersifat sukulen, berat rata-rata per pelepah adalah sekitar 0,5 – 1 kg.
Yaron (1991), melaporkan bahwa pelepah tanaman lidah buaya ini terdiri dari beberapa bagian utama, yakni mucilage gel dan exudates (lendir). Bagian utama mucilage gel terdiri atas berbagai macam polisakarida (glucomannan, acetylated glucomannan, acemannan, galacto galacturan, dan galacto gluco arabinomannan), mineral (calcium, magnesium, potassium, sodium, iron, zinc, dan chromium), protein (enzim pectolytic, aloctin dan lectin (glikoprotein), serta jenis protein lain), β sitosterol, hidrokarbon rantai panjang, dan ester.
Setelah diteliti lebih lanjut ternyata zat-zat yang terkandung dalam gel lidah buaya memiliki aktivitas antara lain sebagai anti-mikroba. Polisakarida yang terkandung dalam lidah buaya dapat dibentuk menjadi edible coating yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan film kemasan seperti plastik, sehingga dapat menahan air. Selain edible coating istilah lain untuk kemasan yang berasal dari bahan hasil pertanian adalah
biopolimer, yang artinya bahan baku coating kemasan tidak dicampur dengan polimer sintetis (plastik). Keunggulan polimer hasil pertanian adalah bahannya yang berasal dari sumber yang terbaharukan (renewable) dan dapat dihancurkan secara alami (biodegradable). Untuk lebih memaksimalkan produk yang dihasilkan, maka diperlukan bahan tambahan yaitu sodium alginat.
Proses pembuatan kemasan air mineral SI-ARA dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu mengolah lidah buaya menjadi gel dengan cara memotong tepi lidah buaya (setelah dicuci) pada bagian yang berduri. Lalu belah lidah buaya menjadi dua bagian. Kemudian mengambil daging lidah buaya dan masukkan pada blender. Setelah itu dihaluskan dengan blender tersebut.
Tahap kedua yaitu, menuangkan gel lidah buaya, sodium alginat secukupnya, dan air pada wadah. Kemudian dikocok menggunakan mixer dan diamkan selama kurang lebih 15 menit. Tahap ketiga yaitu menuangkan kalsium laktat dan tambahkan air secukupnya ke dalam wadah, lalu aduk perlahan menggunakan sendok. Tahap ke-empat yaitu mengambil campuran antara gel lidah buaya dan sodium alginat yang sebelumnya telah didiamkan menggunakan sendok sayur. Kemudian dimasukkan ke dalam cairan kalsium laktat dan aduk perlahan selama 3 menit. Selanjutnya mengambil balon air yang sudah terbentuk dengan sangat hati-hati. Terakhir angkat balon air tersebut. Balon air inilah yang penulis sebut dengan “Kemasan Air Mineral SI– ARA”.
Keunggulan dari kemasan air mineral SI-ARA diantaranya adalah sebagai pengganti kemasan air mineral dari plastik yang ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang ada di Indonesia. Proses pembuatannya pun cukup mudah, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu biaya yang digunakan dalam proses pembuatan terjangkau dan bahan yang digunakan untuk membuat kemasan air mineral SI-ARA mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Kelebihan lain dari kemasan air mineral SI-ARA yaitu dapat dimakan karena terbuat dari bahan alami.
Dari beberapa keunggulan tersebut, “Kemasan Air Mineral SI-ARA” juga memiliki kekurangan yaitu tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena terbuat dari bahan-bahan alami dan tanpa pengawet. Selain itu, karena dalam proses pembuatannya masih menggunakan cara manual, sehingga jumlah produk yang
dihasilkan belum maksimal. Namun hal ini dapat diatasi dengan menciptakan teknologi modern yang dapat digunakan dalam proses pembuatannya.
Apabila usaha produksi “Kemasan Air Mineral SI–ARA” dapat dilakukan dalam skala besar, maka dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku kemasan yang berasal dari plastik. Sehingga dapat mencegah menumpuknya sampah plastik di masa yang akan datang. Selain itu, melalui gagasan ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan secara tidak langsung gagasan ini merupakan wujud optimalisasi potensi Indonesia menuju masyarakat sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Pahlevi, M.R. 2012. Sampah Plastik. (file:///I:/Artikel%20plastic%20to%20oil/twit-sampah-plastik.html)
Untoro, U.B. (2013). Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar. Jurnal Teknik, Hal. 32- 39.
Yaron, A. 1991. Aloe Vera : Chemical and Physical Properties and Sabilization. Dalam T. Reynolds dan A.C Dweck (eds). Aloe Vera Leaf Gel: Areview Updet. J. Ethno pharmac Vol 68, pp 3-37.
Des 31 2018
KEMASAN AIR MINERAL SI-ARA (INOVASI DARI ALOE VERA) SEBAGAI MEDIA KEMASAN INOVATIF RAMAH LINGKUNGAN
Karya: TIM A-KIR SMPN 1 KAUMAN
(Sholehah Reffa Marsuci, Trimita Ari Pratiwi, Berliana Dhanieta Tirta Kentjana dan Marcella Paramitha Susilo Dewi)
SMPN 1 KAUMAN PONOROGO
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi. Masyarakat Indonesia masih bergantung pada plastik yang notabene merupakan bahan yang kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik yang baik. Di balik keunggulan itu, plastik yang telah menjadi sampah dapat mencemari lingkungan, karena plastik sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah semakin meresahkan (CNN Indonesia). KLHK juga berasumsi bahwa setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kilogram sampah per orang atau secara total sebanyak 189.000 ton sampah per hari. Dari jumlah tersebut 15 % berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik per hari (Pahlevi, 2012).
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengolahan sampah plastik menjadi penyebab meningkatnya timbunan sampah plastik di lingkungan sekitar terutama di daerah tempat pembuangan akhir. Tidak jarang juga masyarakat membuang sampah di sungai, sehingga dapat menyebabkan banjir. Sedangkan sampah plastik yang berada di dalam tanah dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi sampah plastik. Namun pada kenyataannya, banyak masyarakat yang menggunakan cara yang kurang tepat yaitu dengan membakar sampah plastik. Padahal cara itu dapat menghasilkan zat-zat berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu, upaya dalam penanganan sampah plastik sebenarnya juga telah dilakukan pemerintah dan masyarakat yaitu dengan mendaur ulang sampah plastik tersebut menjadi barang dengan daya jual cukup tinggi. Pemanfaatan plastik salah satunya digunakan sebagai bahan baku pembuatan botol atau gelas air mineral.
Padahal jika ditelaah lebih lanjut, pada saat menyimpan air dalam botol atau gelas plastik maka terdapat bahan kimia seperti BPA yang bisa membahayakan
kesehatan Beberapa penelitian mengatakan bahwa air yang disimpan dalam wadah plastik bisa mengurangi kadar testosteron dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan bahan baku pengganti plastik yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.
Dari masalah di atas banyak ilmuwan yang mencari bahan alternatif pengganti plastik. Seperti yang dilakukan oleh Pierre Paslier dan Rodrigo Garcia Gonzales yang berhasil menemukan kapsul yang mirip dengan bentuk balon air yang menjadi tempat air pengganti botol plastik yang berbahan baku rumput laut. Akan tetapi penemuan tersebut masih belum dikembangkan di Indonesia. Padahal potensi rumput laut di Indonesia cukup besar. Namun di daerah Ponorogo, rumput laut belum dibudidayakan secara maksimal, sehingga jumlahnya masih sangat terbatas.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis sebagai generasi muda turut berpartisipasi dalam memberi inovasi berupa gagasan yang berjudul “Kemasan Air Mineral SI-ARA (Inovasi Dari Aloe Vera) Sebagai Media Kemasan Inovatif Ramah Lingkungan”. Kemasan Air Mineral SI-ARA merupakan produk ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan yang berbahan baku dari lidah buaya (Aloe Vera).
Lidah buaya (Aloe Vera) merupakan tanaman yang banyak tumbuh pada iklim tropis maupun subtropis dan sudah digunakan sejak berabad-abad lalu. Lidah buaya memiliki ciri-ciri morfologi pelepah daun yang runcing dan permukaan yang lebar, berdaging tebal, tidak bertulang, mengandung getah, permukaan pelepah daun dilapisi lilin, bersifat sukulen, berat rata-rata per pelepah adalah sekitar 0,5 – 1 kg.
Yaron (1991), melaporkan bahwa pelepah tanaman lidah buaya ini terdiri dari beberapa bagian utama, yakni mucilage gel dan exudates (lendir). Bagian utama mucilage gel terdiri atas berbagai macam polisakarida (glucomannan, acetylated glucomannan, acemannan, galacto galacturan, dan galacto gluco arabinomannan), mineral (calcium, magnesium, potassium, sodium, iron, zinc, dan chromium), protein (enzim pectolytic, aloctin dan lectin (glikoprotein), serta jenis protein lain), β sitosterol, hidrokarbon rantai panjang, dan ester.
Setelah diteliti lebih lanjut ternyata zat-zat yang terkandung dalam gel lidah buaya memiliki aktivitas antara lain sebagai anti-mikroba. Polisakarida yang terkandung dalam lidah buaya dapat dibentuk menjadi edible coating yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan film kemasan seperti plastik, sehingga dapat menahan air. Selain edible coating istilah lain untuk kemasan yang berasal dari bahan hasil pertanian adalah
biopolimer, yang artinya bahan baku coating kemasan tidak dicampur dengan polimer sintetis (plastik). Keunggulan polimer hasil pertanian adalah bahannya yang berasal dari sumber yang terbaharukan (renewable) dan dapat dihancurkan secara alami (biodegradable). Untuk lebih memaksimalkan produk yang dihasilkan, maka diperlukan bahan tambahan yaitu sodium alginat.
Proses pembuatan kemasan air mineral SI-ARA dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu mengolah lidah buaya menjadi gel dengan cara memotong tepi lidah buaya (setelah dicuci) pada bagian yang berduri. Lalu belah lidah buaya menjadi dua bagian. Kemudian mengambil daging lidah buaya dan masukkan pada blender. Setelah itu dihaluskan dengan blender tersebut.
Tahap kedua yaitu, menuangkan gel lidah buaya, sodium alginat secukupnya, dan air pada wadah. Kemudian dikocok menggunakan mixer dan diamkan selama kurang lebih 15 menit. Tahap ketiga yaitu menuangkan kalsium laktat dan tambahkan air secukupnya ke dalam wadah, lalu aduk perlahan menggunakan sendok. Tahap ke-empat yaitu mengambil campuran antara gel lidah buaya dan sodium alginat yang sebelumnya telah didiamkan menggunakan sendok sayur. Kemudian dimasukkan ke dalam cairan kalsium laktat dan aduk perlahan selama 3 menit. Selanjutnya mengambil balon air yang sudah terbentuk dengan sangat hati-hati. Terakhir angkat balon air tersebut. Balon air inilah yang penulis sebut dengan “Kemasan Air Mineral SI– ARA”.
Keunggulan dari kemasan air mineral SI-ARA diantaranya adalah sebagai pengganti kemasan air mineral dari plastik yang ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang ada di Indonesia. Proses pembuatannya pun cukup mudah, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu biaya yang digunakan dalam proses pembuatan terjangkau dan bahan yang digunakan untuk membuat kemasan air mineral SI-ARA mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Kelebihan lain dari kemasan air mineral SI-ARA yaitu dapat dimakan karena terbuat dari bahan alami.
Dari beberapa keunggulan tersebut, “Kemasan Air Mineral SI-ARA” juga memiliki kekurangan yaitu tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena terbuat dari bahan-bahan alami dan tanpa pengawet. Selain itu, karena dalam proses pembuatannya masih menggunakan cara manual, sehingga jumlah produk yang
dihasilkan belum maksimal. Namun hal ini dapat diatasi dengan menciptakan teknologi modern yang dapat digunakan dalam proses pembuatannya.
Apabila usaha produksi “Kemasan Air Mineral SI–ARA” dapat dilakukan dalam skala besar, maka dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku kemasan yang berasal dari plastik. Sehingga dapat mencegah menumpuknya sampah plastik di masa yang akan datang. Selain itu, melalui gagasan ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan secara tidak langsung gagasan ini merupakan wujud optimalisasi potensi Indonesia menuju masyarakat sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Pahlevi, M.R. 2012. Sampah Plastik. (file:///I:/Artikel%20plastic%20to%20oil/twit-sampah-plastik.html)
Untoro, U.B. (2013). Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar. Jurnal Teknik, Hal. 32- 39.
Yaron, A. 1991. Aloe Vera : Chemical and Physical Properties and Sabilization. Dalam T. Reynolds dan A.C Dweck (eds). Aloe Vera Leaf Gel: Areview Updet. J. Ethno pharmac Vol 68, pp 3-37.