Karya: Intan Yulia Sakti
SMPN 1 KAUMAN PONOROGO
Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh negara-negara maju maupun berkembang. Khususnya di Indonesia sebagai negara berkembang, permasalahan sampah menjadi masalah yang harus mendapat perhatian lebih seiring laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Tidak bisa kita pungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak penduduk atau masyarakat Indonesia yang berperilaku buruk terhadap lingkungan sekitar. Mereka masih saja membuang sampah dengan sembarangan. Perilaku ini juga tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial masyarakat. Di lingkungan kantor pemerintahan, sering kali melihat pegawai yang keluar masuk membawa sampah dan dibuang tidak pada tempatnya.
Hal serupa juga terjadi di beberapa fasilitas umum seperti bank, sekolah, puskesmas, taman kota, halte, terminal, dan lain-lain. Di lingkungan masyarakat pun masih banyak juga dijumpai masyarakat yang membuang sampah anorganik dan organik ke sungai, selokan, dan disekitar lingkungan. Selain itu sering pula kita jumpai pengendara mobil mewah yang membuang tisu bekas, puntung rokok, ataupun bungkus makanan dari jendelanya ke jalan raya. Akibatnya sampah menumpuk dan berserakan dimana-mana. Padahal sudah disediakan tempat sampah, akan tetapi mereka tetap tidak peduli dengan apa yang dilakukannya. Pemandangan ini kerap kali kita jumpai terutama di daerah perkotaan.
Menurut data Kementrian Negara Lingkungan Hidup [KNLH] tahun 2008 menyebutkan bahwaIndonesia menghasilkan sampah sebanyak 38,5 juta ton/tahun. Pulau jawa menjadi penyumbang terbesar dengan menghasilkan 21,2 juta ton/tahun di susul Pulau Sumatra yang menghasilkan 8,7 juta ton/tahun. Berikut tabel data jumlah sampah di Indonesia menurut Kementrian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008
Jumlah Sampah di Indonesia 2008
Kelompok Wilayah [pulau] |
Jumlah sampah [juta/ton] |
Sumatra |
8,7 juta/ton |
Jawa |
21,2 juta/ton |
BalidanPulau-pulauNusa |
1,3 juta/ton |
Tenggara |
|
kalimantan |
2,3 juta/ton |
Sulawesi,Maluku,Papua |
5,0 juta/ton |
Total |
38,5 juta/ton |
(Sumber: Diktatsampah-2010-bag-1-3.pdf)
Berdasarkan tabel di atas ternyata volume sampah pada tahun 2008 setiap harinya menghasilkan 105 ribu ton, sedangkan data dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup [KNLH] pada tahun 2010 volume sampah naik dua kali lipat yakni mencapai 200 ribu ton/hari. Melihat dari persoalan tersebut, jika tidak segera ditangani, maka di prediksi pada tahun 2020 volume sampah di Indonesia akan meningkat lima kali lipat di banding pada tahun 2010 yakni Indonesia akan memperoleh 1 juta ton tumpukan sampah per hari.
Melihat dari berbagai fakta tersebut, maka penulis memberikan sebuah gagasan dengan mendirikan “The Village Cares about Garbage and Study
CAG” [Cares about Garbage] sebagai solusi untuk menangani atau mengatasi masalah sampah. The Village Cares about Garbage and Study CAG merupakan solusi baru untuk membiasakan generasi muda peduli terhadap sampah dan menjunjung tinggi rasa kepedulian terhadap kebersihan di lingkungan sekitar. Program ini dilaksanakan setiap hari libur dan sabtu malam, sebab pada sabtu malam alias malam minggu kebanyakan anak-anak dan orang tua hanya menganggur dan bersantai-santai dan pemuda-pemudi hanya keluar masuk rumah tanpa alasan yang jelas. Bahkan melalukan kegiatan yang dianggap tidak pantas atau kurang bermanfaat.
Program The Village Cares about Garbage and Study ”CAG” ini menjadi teladan bagi desa-desa lainnya, sebab menjadi desa yang ramah lingkungan. The Village Cares about Study ”CAG” merupakan kegiatan yang memanfaatkan sampah (barang bekas) menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta mengasah kemampuan berpikir kritis tentang penanggulangan sampah menjadi produk yang memiliki nilai jual.
Pada sabtu malam, semua masyarakat desa dari masing-masing keluarga melakukan kegiatan bazar kerajinan dengan produk yang ia sukai. Pada sabtu malam mereka juga membuat produk lainnya agar saat pengunjung atau orang yang melewati sepanjang jalan desa tertarik dan penasaran apa yang dibuat oleh masyarakat. Selain itu, bazar tersebut juga dilengkapi sesuatu yang menarik yakni setiap lampu-lampu dan meja yang digunakan untuk tempat kerajinan terbuat dari barang bekas dengan diberi warna-warna yang mencolok, supaya terlihat beda dan bervariasi. Secara tidak langsung kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap anak-anak. Sebab, setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang tuanya tentu akan ditiru oleh anaknya.
Selain sabtu malam, The Village Cares about Garbage and Study “CAG” juga dilaksanakan pada hari minggu dengan berbagai aktivitas. Minggu pagi, semua warga desa berkumpul di rumah ketua koordinator kerajinan dengan membawa berbagai barang bekas yang telah dikumpulkan oleh setiap anggota keluarga. Barang-barang tersebut akan dibuat produk berdasarkan kemampuan masing-masing, sehingga perlu dikelompokkan menurut keahliannya. Satu kelompok beranggotakan delapan orang. Pada hari itu masyarakat desa juga memiliki dua tugas, yakni membuat produk berdasarkan pesanan kerajinan yang diterima sesuai keahlian kelompok yang telah ditentukan. Mereka juga membuat produk kerajinan sesuai kemampuan masing-masing untuk dijual melalui bazar, tepatnya pada sabtu depannya. Selain itu anak-anak juga belajar di Study CAG. Tahap awal, anak-anak belajar memahami tentang jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Kemudian belajar berpikir bagaimana cara menanggulangi sampah salah satu contoh daur ualng sederhana dan dibuat kerajinan. Setelah itu belajar mempraktekkan apa yang ia pikirkan. Anak-anak juga diajarkan tentang rasa kepedulian terhadap sampah dan kekompakkan satu kelompok. Anak-anak juga belajar di luar ruangan (outdoor) supaya tidak jenuh.
Untuk itu penulis akan membuat metode strategi yang digunakan untuk mempromosikan program “The Village Cares about Garbage and Study CAG” dengan cara melalui:
- Socialization: yaitu tindakan sosialisasi untuk pengenalan program The Village Cares about Garbage and Study ”CAG” sebagai kegiatan awal yang dilakukan oleh semua pengurus program. Hal itu dapat dilakukan melalui brosur, pamflet, sosialisasi ke desa-desa, pemasangan banner di jalan hingga sosialisasi di media social seperti Facebook, Twitter, Instagram hingga google+.
- Registration: dimana program tersebut dinyatakan berhasil dan mendapat respon positif dari masyarakat. Registration merupakan tahap pendaftaran bagi orang tua, pemuda-pemudi, dan anak-anak untuk bergabung di program The Village Cares about Garbage and Study ”CAG”.
- Memulai Program The Village Cares about Garbage and Study”CAG.
Keunggulan program The Village Cares about Garbage and study”CAG” antara lain sebagai berikut:
- Membantu pemerintah untuk mengatasi masalah sampah
- Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar
- Menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar
Selain memiliki kelebihan program ini juga memiliki kekurangan yakni dibutuhkan usaha yang keras untuk mengajak seluruh elemen masyarakat berpartisipasi aktif di event ini.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui program The Village Cares about Garbage and Study “CAG” dapat memberi lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan dapat mengolah sampah menjadi barang yang berguna serta memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu, program ini juga dapat membantu Pemerintah mengatasi masalah sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Daman huri, Enri dan Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat kuliah TL– 3104 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Des 31 2018
The Village Cares about Garbage and Study “CAG” [Cares about Garbage]
Karya: Intan Yulia Sakti
SMPN 1 KAUMAN PONOROGO
Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh negara-negara maju maupun berkembang. Khususnya di Indonesia sebagai negara berkembang, permasalahan sampah menjadi masalah yang harus mendapat perhatian lebih seiring laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Tidak bisa kita pungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak penduduk atau masyarakat Indonesia yang berperilaku buruk terhadap lingkungan sekitar. Mereka masih saja membuang sampah dengan sembarangan. Perilaku ini juga tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial masyarakat. Di lingkungan kantor pemerintahan, sering kali melihat pegawai yang keluar masuk membawa sampah dan dibuang tidak pada tempatnya.
Hal serupa juga terjadi di beberapa fasilitas umum seperti bank, sekolah, puskesmas, taman kota, halte, terminal, dan lain-lain. Di lingkungan masyarakat pun masih banyak juga dijumpai masyarakat yang membuang sampah anorganik dan organik ke sungai, selokan, dan disekitar lingkungan. Selain itu sering pula kita jumpai pengendara mobil mewah yang membuang tisu bekas, puntung rokok, ataupun bungkus makanan dari jendelanya ke jalan raya. Akibatnya sampah menumpuk dan berserakan dimana-mana. Padahal sudah disediakan tempat sampah, akan tetapi mereka tetap tidak peduli dengan apa yang dilakukannya. Pemandangan ini kerap kali kita jumpai terutama di daerah perkotaan.
Menurut data Kementrian Negara Lingkungan Hidup [KNLH] tahun 2008 menyebutkan bahwaIndonesia menghasilkan sampah sebanyak 38,5 juta ton/tahun. Pulau jawa menjadi penyumbang terbesar dengan menghasilkan 21,2 juta ton/tahun di susul Pulau Sumatra yang menghasilkan 8,7 juta ton/tahun. Berikut tabel data jumlah sampah di Indonesia menurut Kementrian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008
Jumlah Sampah di Indonesia 2008
(Sumber: Diktatsampah-2010-bag-1-3.pdf)
Berdasarkan tabel di atas ternyata volume sampah pada tahun 2008 setiap harinya menghasilkan 105 ribu ton, sedangkan data dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup [KNLH] pada tahun 2010 volume sampah naik dua kali lipat yakni mencapai 200 ribu ton/hari. Melihat dari persoalan tersebut, jika tidak segera ditangani, maka di prediksi pada tahun 2020 volume sampah di Indonesia akan meningkat lima kali lipat di banding pada tahun 2010 yakni Indonesia akan memperoleh 1 juta ton tumpukan sampah per hari.
Melihat dari berbagai fakta tersebut, maka penulis memberikan sebuah gagasan dengan mendirikan “The Village Cares about Garbage and Study
CAG” [Cares about Garbage] sebagai solusi untuk menangani atau mengatasi masalah sampah. The Village Cares about Garbage and Study CAG merupakan solusi baru untuk membiasakan generasi muda peduli terhadap sampah dan menjunjung tinggi rasa kepedulian terhadap kebersihan di lingkungan sekitar. Program ini dilaksanakan setiap hari libur dan sabtu malam, sebab pada sabtu malam alias malam minggu kebanyakan anak-anak dan orang tua hanya menganggur dan bersantai-santai dan pemuda-pemudi hanya keluar masuk rumah tanpa alasan yang jelas. Bahkan melalukan kegiatan yang dianggap tidak pantas atau kurang bermanfaat.
Program The Village Cares about Garbage and Study ”CAG” ini menjadi teladan bagi desa-desa lainnya, sebab menjadi desa yang ramah lingkungan. The Village Cares about Study ”CAG” merupakan kegiatan yang memanfaatkan sampah (barang bekas) menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta mengasah kemampuan berpikir kritis tentang penanggulangan sampah menjadi produk yang memiliki nilai jual.
Pada sabtu malam, semua masyarakat desa dari masing-masing keluarga melakukan kegiatan bazar kerajinan dengan produk yang ia sukai. Pada sabtu malam mereka juga membuat produk lainnya agar saat pengunjung atau orang yang melewati sepanjang jalan desa tertarik dan penasaran apa yang dibuat oleh masyarakat. Selain itu, bazar tersebut juga dilengkapi sesuatu yang menarik yakni setiap lampu-lampu dan meja yang digunakan untuk tempat kerajinan terbuat dari barang bekas dengan diberi warna-warna yang mencolok, supaya terlihat beda dan bervariasi. Secara tidak langsung kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap anak-anak. Sebab, setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang tuanya tentu akan ditiru oleh anaknya.
Selain sabtu malam, The Village Cares about Garbage and Study “CAG” juga dilaksanakan pada hari minggu dengan berbagai aktivitas. Minggu pagi, semua warga desa berkumpul di rumah ketua koordinator kerajinan dengan membawa berbagai barang bekas yang telah dikumpulkan oleh setiap anggota keluarga. Barang-barang tersebut akan dibuat produk berdasarkan kemampuan masing-masing, sehingga perlu dikelompokkan menurut keahliannya. Satu kelompok beranggotakan delapan orang. Pada hari itu masyarakat desa juga memiliki dua tugas, yakni membuat produk berdasarkan pesanan kerajinan yang diterima sesuai keahlian kelompok yang telah ditentukan. Mereka juga membuat produk kerajinan sesuai kemampuan masing-masing untuk dijual melalui bazar, tepatnya pada sabtu depannya. Selain itu anak-anak juga belajar di Study CAG. Tahap awal, anak-anak belajar memahami tentang jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Kemudian belajar berpikir bagaimana cara menanggulangi sampah salah satu contoh daur ualng sederhana dan dibuat kerajinan. Setelah itu belajar mempraktekkan apa yang ia pikirkan. Anak-anak juga diajarkan tentang rasa kepedulian terhadap sampah dan kekompakkan satu kelompok. Anak-anak juga belajar di luar ruangan (outdoor) supaya tidak jenuh.
Untuk itu penulis akan membuat metode strategi yang digunakan untuk mempromosikan program “The Village Cares about Garbage and Study CAG” dengan cara melalui:
Keunggulan program The Village Cares about Garbage and study”CAG” antara lain sebagai berikut:
Selain memiliki kelebihan program ini juga memiliki kekurangan yakni dibutuhkan usaha yang keras untuk mengajak seluruh elemen masyarakat berpartisipasi aktif di event ini.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui program The Village Cares about Garbage and Study “CAG” dapat memberi lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan dapat mengolah sampah menjadi barang yang berguna serta memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu, program ini juga dapat membantu Pemerintah mengatasi masalah sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Daman huri, Enri dan Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat kuliah TL– 3104 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung